Sunday, October 25, 2009

Meraih ketenangan jiwa




Betapa mahalnya harga ketenangan jiwa. Banyak yang mengorbankan apa saja untuk meraihnya. Namun, tak sedikit yang salah arah. Lihat saja orang rela menghabiskan berjam-jam nongkrong di tempat hiburan sembari minum minuman keras. Tak sedikit yang menghabiskan uang jutaan untuk mengkonsumsi pil-pil penenang. Sementara, ketenangan yang diproleh cuma sesaat. Itu pun sifatnya semu. Alih-alih ingin meraih ketenangan jiwa yang ada malah kehancuran.

Berbagai persoalan sehari-hari bisa menjadi pemicu stress. Apalagi di kehidupan yang serba cepat seperti sekarang ini. Banyak hal yang membuat seseorang merasa tertekan, kecewa dan tegang. Masalahnya tinggal pada intensitas. Bila stress itu terjadi terus menerus akan menjadi distress yang berujung pada depresi. Pada tingkat ini penderita kerap melakukan tindakan di luar akal sehat.

Faktanya, tak ada seorang pun terbebas dari persoalan hidup. Itulah sunnatullah yang berlaku di dunia. Kekayaan, pangkat dan kedudukan takkan mampu menghalanginya.

Namun, Islam memberikan solusi terhadap tekanan hidup itu agar jiwa tetap tenang. Tak ada istilah stress hagi seorang mukmin. Soalnya, Islam telah memberikan solusi menghadapi tekanan hidup, Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk meraih ketenangan jiwa:

1. Membaca dan mendengarkan al-Quran

Suatu ketika seseorang datang kepada Ibnu Mas’ud, salah seorang sahabat utama Rasulullah. Ia mengeluh, “Wahai Ibnu Mas’ud, nasihatilah aku dan berilah obat bagi jiwaku yang gelisah ini. Hari-hariku penuh dengan perasaan tak tenteram, jiwaku gelisah, dan pikiranku kusut. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak," kata orang tersebut.

Ibnu Mas’ud menjawab, ”Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat. Pertama, tempat orang membaca al-Quran. Engkau baca al-Quran atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya. Kedua, engkau pergi ke majelis pengajian yang mengingatkan hatimu kepada Allah. Ketiga, engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat mengabdi kepada Allah. Nasihat sahabat Nabi itu segera dilaksanakan orang tersebut. Sesampainya di rumah, segera ia berwudhu kemudian diambilnya Al-quran dan dibacanya dengan khusyuk. Selesai membaca, ia segera dapati hatinya memperoleh ketenteraman, dan jiwanya pun tenang. Pikirannya segar kembali, hidupnya terasa bergairah kembali. Padahal, ia baru melaksanakan satu dari tiga nasihat yang disampaikan sahabat Rasulullah saw tersebut.

2. Menyayangi orang miskin

Rasulullah memerintahkan kepada muslim yang punya kelebihan harta untuk memberikan perhatian kepada orang miskin. Ternyata, sikap dermawan itu bisa mendatangkan ketenangan jiwa. Mengapa? Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa para malaikat selalu mendoakan orang-orang dermawan:

“Setiap pagi hari dua malaikat senantiasa mendampingi setiap orang. Salah satunya mengucapkan doa: Ya Allah! Berikanlah balasan kepada orang yang berinfak. Dan malaikat yang kedua pun berdoa: Ya Allah! Berikanlah kepada orang yang kikir itu kebinasaan."

Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang dermawan itu memperoleh dua balasan. Pertama, ia mendapatkan ganjaran atas apa yang diberikannya kepada orang lain. Kedua, mendapatkan limpahan ketenangan jiwa dan belas kasihan dari Allah.

3. Melihat orang yang di bawah, jangan lihat ke atas

Ketenangan jiwa akan diperoleh jika kita senantiasa bersyukur atas segala pemberian Allah, meskipun tampak sedikit. Rasa syukur itu akan muncul bila kita senantiasa melihat orang-orang yang kondisinya lebih rendah dari kita, baik dalam hal materi, kesehatan, rupa, pekerjaan dan pemikiran. Betapa banyak di dunia ini orang yang kurang beruntung. Rasa syukur itu selain mendatangkan ketenangan jiwa, juga ganjaran dari Allah.

4. Menjaga silaturrahmi

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan jalinan hubungan yang baik dengan manusia lain. Berbagai kebutuhan hidup takkan mungin bisa diraih tanpa adanya bantuan dari orang lain. Karenannya, di dalam hadits Rasulullah diperintahkan untuk tetap menjalin silaturahmi, sekalipun terhadap orang yang melakukan permusuhan, Rasulullah juga pernah bersabda bahwa silaturahmi dapat memanjangkan umur dan mendatangkan rejeki. Hubungan yang baik di dalam keluarga, maupun dengan tetangga akan menciptakan ketenangan, kedamaian dan kemesraan. Hubungan yang baik itu juga akan sangat efektif untuk menanggulangi berbagai persoalan yang berkembang di masyarakat.

5. Banyak mengucapkan la hawla wa la quwwata illa billah.

Sumber ketenangan jiwa yang hakiki bersumber dari Allah SWT. Karena itu hendaklah kita selalu menghadirkan Allah SWT dalam segala situasi, baik dalam keadaan senang maupun susah. Keterikatan yang kuat dengan Allah SWT akan membuat jiwa seseorang menjadi kuat, tak mudah goncang dan diombang-ambingkan sesuatu. Sebab, bila kita lalai untuk mengingat Allah, maka membuka peluang bagi setan untuk mempengaruhi pikiran kita.

6. Mengatakan yang haq (benar) sekalipun pahit

Hidup ini harus dijaga agar senantiasa berada di atas jalan kebenaran. Kebenaran harus diperjuangan. Pelanggaran terhadap kebenaran akan mendatangkan kegelisahan. Ketenangan jiwa akan tergapai bila kita tidak melanggar nilai-nilai kebenaran. Sebaliknya, pelanggaran terhadap kebenaran akan berpengaruh terhadap ketenangan jiwa. Lihat saja orang-orang kerap berbuat maksiat, kehidupannya diliputi kegelisahan.

7. Tidak ambil peduli terhadap celaan orang lain asalkan yang kita lakukan benar-benar karena Allah

Salah satu faktor yang membuat jiwa seseorang tidak tenang adalah karena selalu mengikuti penilaian orang terhadap dirinya. Terombang ambing oleh sikap dan gaya hidup orang kebanyakan. Sedangkan seseorang akan memiliki pendirian yang kuat jika berpegang kepada prinsip-prinsip yang datang dari Allah (al-Islam). Betapa melelahkannya hidup ini bila segala hal yang ada di dunia ini kita ikuti.

8. Tidak mengemis kepada orang lain

"Tangan di atas (memberi) lebih mulia dari tangan di bawah" adalah hadits rasulullah yang memotivasi setiap mukmin untuk hidup mandiri. Tidak tergantung dan meminta-minta kepacla orang lain. Sebab, orang, yang mandiri, jiwanya akan kuat dan sikapnya lebih berani dalam menghadapi kehidupan. Sebaliknya, orang yang selalu meminta-minta menggambarkan jiwa yang lemah. Hal ini tentu membuat batin tak nyaman.

9. Menjauhi Utang

Dalam sebuah hadits Rasulullah dengan tegas mengatakan: “Janganlah engkau jadikan dirimu ketakutan setelah merasakan keamanan!” (Para sahabat) bertanya: Bagaimana bisa terjadi seperti itu! Sabdanya: Karena utang.”

Begitulah kenyataanya. Orang yang berutang akan senantiasa dihantui ketakutan, karena ia dikejar-kejar untuk segera melunasinya. Inilah salah satu faktor yang membuat banyak orang mengalami tekanan jiwa. Rasulullah juga mengatakan: “Hendaklah kamu jauhi utang, karena utang itu menjadi beban pikiran di malam hari dan rasa rendah diri di siang hari."

10. Selalu berpikir positif

Mengapa seseorang mudah stress? Salah satu faktornya karena ia selalu diliputi pikiran-pikiran negatif. Selalu mencela dan menyesali kekurangan diri. Padahal, setiap kita diberikan oleh Allah berbagai kelebihan. Ubahlah pikiran negatif itu menjadi positif. Ubahlah ungkapan keluh kesah yang membuat muka cemberut, badan lemas dan frustasi dengan ungkapan senang. Ungkapan senang akan membuat ekspresi senyum dan jiwa menjadi semangat kembali. Bukankah di balik kesulitan dan kegagalan ada hikmah yang bisa jadi pelajaran? Dan bukankah dibalik kesulitan ada kemudahan?

Saturday, October 24, 2009

Bersyukurlah! YANG TAMPAK Sering TIDAK SEPERTI yang Sebenarnya


Dua orang sakti yang kemalaman disebuah kota, mendatangi rumah keluarga kaya raya. Keluarga ini kasar dan menolak menampung kedua orang sakti itu di kamar tamu rumah mereka. Tapi menyuruh mereka tidur di lantai dasar (basement) yang dingin.
Ketika menggelar alas di lantai yang keras, orang sakti yang lebih tua melihat sebuah lubang di dinding. Lalu segera memperbaikinya. Orang sakti yang lebih muda heran dan bertanya, mengapa dia melakukannya.
       "Yang tampak tidak selalu seperti yang sebenarnya,"jawab orang sakti yang lebih tua. Malam berikutnya, kedua orang sakti ini tiba di rumah petani yang sangat miskin. Tapi pak tani dan bu tani itu sangat ramah dan baik. Kedua orang sakti itu diajak makan bersama dengan hidangan yang serba terbatas. Di malam hari, pak tani dan bu tani menyuruh kedua tamunya tidur di kamar tidur mereka agar bisa tidur dengan pulas.
       Saat matahari terbit pada keesokan harinya, kedua orang sakti itu melihat bu tani menangis tersedu-sedu. Satu-satunya sapi yang menghasilkan susu yang mendatangkan pemasukan untuk mereka, mati terbaring kaku di tanah.
        Orang sakti yang lebih muda marah dan bertanya, "Bagaimana kamu bisa membiarkan hal seperti ini terjadi? Orang pertama yang kita datangi punya segalanya, tapi kamu malah membantu mereka. Keluarga kedua ini hanya punya sedikit, tapi mau berbagi apa yang mereka miliki dengan kita. Dan kamu membiarkan sapinya mati."
        "Yang tampak sering tidak seperti yang sebenarnya,"jawab orang sakti yang lebih tua. "Ketika kita tidur di basement, saya lihat ada emas yang tertanam di dalam dinding. Karena pemilik rumah sangat serakah dan tak mau berbagi keberuntungan yang didapatkannya, saya menutup lubang itu agar dia tidak menemukan emas itu."
        "Lalu tadi malam, ketika kita tidur di ranjang pak tani itu, saya melihat penyakit berbahaya mendatangi bu tani. Lalu saya alihkan ke sapinya. Yang tampak sering tidak seperti yang sebenarnya."

MORAL CERITA :
         Kadang persis seperti inilah kenyataannya, ketika sesuatu terjadi tidak seperti yang kita inginkan. Kita hanya perlu percaya, bahwa hasil dari sesuatu itu, kendati pun tampaknya buruk, selalu untuk kebaikan kita. Dan ini baru bisa kita ketahui di kemudian hari.
         Jadi, jika Anda merasa sulit tidur malam ini, ingat para tuna wisma yang tak punya rumah untuk berteduh, apalagi berbaring di ranjang atau kasur. Jika terjebak dalam kemacetan lalu lintas, jangan jengkel atau marah. Banyak orang yang jangankan punya mobil, untuk makan pun susah.
         Jika Anda suntuk di tempat kerja, bayangkan orang-orang yang kena PHK dan sudah berbulan-bulan mencari pekerjaan.
         Jika hubungan menjadi buruk, pikirkan orang yang tak pernah tahu bagaimana rasanya mencinta dan sebagai imbalannya, lalu dicinta.
         Jika mobil mogok di jalan dan Anda tak bisa memperbaikinya, pikirkan orang lumpuh yang pasti sangat bersuka cita jika bisa berjalan.
         Jika Anda merisaukan lembaran uban di rambut Anda, pikirkan pasien kanker yang di-chemo, yang mengharap bisa punya rambut untuk dibelai.
         Jika Anda merasa tak tahu ke arah mana tujuan Anda dan bertanya-tanya hidup ini untuk apa, bersyukurlah. Ada orang yang tak punya kesempatan untuk hidup lebih panjang.